Beritasatu.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklarifikasi pernyataan membingungkan Senin kemarin bahwa kasus penularan virus corona oleh orang tanpa gejala jarang terjadi.
Pendapat seperti ini berlawanan dengan panduan kesehatan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, di mana diperkirakan 40 persen penularan Covid-19 disebarkan oleh orang tanpa gejala (OTG) atau oleh penderita yang belum benar-benar jatuh sakit atau baru gejala awal yang ringan.
Pada Selasa (9/6/2020), pejabat WHO yang melontarkan pernyataan kontroversial itu mengklarifikasi ucapannya, bahwa sebetulnya belum ada data kuat tentang jumlah penularan yang disebabkan oleh orang tanpa gejala.
Maria Van Kerkhove, salah satu pejabat WHO untuk penanganan virus corona di bidang teknis, mengatakan kasus-kasus penularan oleh OTG “tidak banyak diketahui”.
“Mayoritas penularan yang kami tahu adalah orang degan gejala menyebarkan virus ke orang lain melalui percikan lendir [droplets] — tetapi ada kelompok orang yang tidak mengalami gejala. Dan untuk benar-benar memahami berapa banyak mereka yang tidak punya gejala, kami sebenarnya belum bisa menjawab,” kata Van Kerkhove dalam tanya jawab dengan media melalui laman media sosial WHO.
“Kami tahu ada orang tanpa gejala yang bisa menularkan virus ini,” ujarnya.
“Jadi yang perlu kami pahami lebih dalam adalah berapa banyak OTG dalam populasi dan berapa banyak dari mereka yang menularkan ke orang lain.”
Hari sebelumnya, dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss, wanita itu mengatakan: “Tampaknya jarang ada orang tanpa gejala yang benar-benar bisa menularkan ke orang lain.”
Baca juga: WHO: Penyebaran Utama Covid-19 Bukan dari Orang Tanpa Gejala
Van Kerkhove juga mengatakan bahwa yang dikira kasus Covid-19 tanpa gejala ternyata hanya penyakit lain yang ringan saja.
“Saat kami tengok kembali untuk melihat berapa banyak sebetulnya yang OTG, kami dapati bahwa banyak dari mereka mengalami sakit ringan saja. Itu bukan, dalam tanda kutip, gejala Covid. Artinya mereka tidak demam, tidak batuk parah dan tidak kesulitan bernapas,” kata Van Kerkhove Senin lalu.
Menurutnya, apa yang dia sampaikan hari Senin itu bukan pernyataan atau kebijakan resmi WHO, melainkan hanya menjawab pertanyaan dalam jumpa pers.
OTG Pembawa Virus
Dr Mike Ryan, direktur eksekutif WHO untuk program kesehatan darurat, menegaskan bahwa OTG bisa menularkan virus corona ke orang lain, meskipun dia menambahkan bahwa perlu lebih banyak penelitian tentang skala penularannya.
“Proporsi penularan penyakit oleh OTG tidak diketahui, seperti dikatakan Maria,” kata Ryan.
“Saya sangat yakin bahwa ini [penularan oleh OTG] memang terjadi. Pertanyaannya adalah, berapa banyak?” ujarnya.
Liam Smeeth, profesor epidemiologi klinis di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan dia “agak kaget” oleh pernyataan awal Van Kerkhove Senin lalu.
“Ini berlawanan dengan pandangan ilmiah saya sejauh ini yang menyebutkan bahwa OTG dan orang pada tahap gejala awal menjadi sumber utama penularan ke orang lain,” kata Smeeth dalam pernyataan yang dirilis Science Media Centre di Inggris, Selasa.
Dia lalu menyebut beberapa hasil riset bahwa upaya isolasi diri dan karantina wilayah atau lockdown bisa mengurangi jumlah orang yang terinfeksi atau meninggal karena Covid-19 dalam jumlah jutaan di seluruh dunia.
“Studi ilmiah memang belum pasti, tetapi penularan oleh OG bisa mencakup 30% sampai 50% dari keseluruhan kasus,” kata Smeeth.
“Penelitian ilmiah yang paling dipercaya sekarang meununjukkan bahwa setengah jumlah kasus terinfeksi berasal dari OTG atau orang dengan gejala awal.”