Rumah Adat Papua Kariwari merupakan salah satu bangunan paling populer di sana. Apalagi saat kamu tengah berwisata atau mengunjungi daerah papua, hampir pasti pernah menemukan rumah adat ini.
Tentunya bangunan tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang begitu melimpah, termasuk pada rumah adat setempat. Jika penasaran seperti apa rumah adat papua Kariwari, simak ulasannya di bawah ini.
Mengenal Rumah Adat Papua Kariwari
Lokasi rumah adat ini ada di pinggir Danau Sentani dan dihuni oleh Suku Tobati dan Enggros. Cukup berbeda dengan rumah adat papua lainnya, rumah ini memiliki atap menjulang tinggi seperti kerucut.
Rumah Kariwari terbuat dari kayu besi, bambu, dan juga daun sagu hutan. Di dalamnya terdapat dua lantai dan tiga ruangan atau kamar. Semuanya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Selain itu, arsitek Rumah Kariwari juga dianggap sangat khas. Apalagi, rumah Kariwari cukup kuat untuk bertahan dalam cuaca, terutama saat cuaca sedang berangin. Bentuk kerucut pada bangunan rumah Kariwari bermakna kedekatan manusia dengan Sang Pencipta dan para leluhur.
Berbagai Fungsi Rumah Adat Papua Kariwari
Berbeda dengan rumah Honai yang dapat ditinggal oleh siapa saja. Rumah Kariwari digunakan sebagai tempat edukasi dan beribadah. Sehingga, posisi rumah Kariwari dalam masyarakat suku Tobati dan Enggros dianggap sakral dan suci.
Rumah Kariwari tidak diperuntukkan sebagai rumah hunian. Akan tetapi sebagai pusat kegiatan spiritual atau rumah ibadah dan juga pusat kegiatan pendidikan bagi remaja laki-laki.
Di rumah Kariwari, setiap remaja laki-laki minimal berusia dua belas tahun mulai dikumpulkan untuk mengenal kehidupan pria dewasa. Contohnya seperti bertanggung jawab pada keluarga, mencari penghidupan atau nafkah dan sebagainya.
Ruangan dalam Rumah Adat Papua Kariwari
Rumah Kariwari terdiri dari dua atau tiga tingkat dan memiliki tinggi 20 hingga 30 meter. Tiga ruangan tersebut memiliki fungsi berbeda-beda.
Ruangan pertama biasanya di lantai dasar sebagai tempat bagi remaja laki-laki dididik. Ruangan kedua digunakan untuk tempat pertemuan tokoh adat atau kepala suku.
Sedangkan ruangan ketiga terletak paling atas. Fungsinya sebagai ruangan khusus sembahyang dan memanjatkan doa-doa kepada Sang Pencipta.