Nama Suku Asmat merupakan salah satu etnis yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hal itu dikarenakan populasi dari kelompok masyarakat Asmat yang berjumlah paling banyak. Bahkan, suku ini paling banyak dibandingkan dengan suku lain di Papua.
Ciri-Ciri Suku Asmat
Jika dilihat secara fisik, orang-orang asli Suku ini mempunyai postur tubuh tinggi, besar, dan sangat tegap. Secara keseluruhan, mereka mempunyai warna kulit dan juga rambut yang cenderung gelap.
Rambut mereka biasanya keriting dan berhidung mancung. Sementara itu, mata pencaharian mereka biasanya adalah berladang, mulai dari wortel, ubi, jagung, dan juga mencari sagu.
Selain itu, mereka juga kadang beternak ayam dan juga babi. Terkadang untuk bisa memenuhi kebutuhan makanan, orang-orang Suku ini akan melakukan perburuan babi hutan, memancing ikan, udang, dan juga berburu burung.
Orang-orang Suku Asmat umumnya akan menghiasi tubuh mereka dengan warna merah, putih, dan hitam. Warna merah ini diperoleh dari tanah merah, sementara warna hitam diperoleh dari arang, dan warna putih didapatkan dari kulit kerang yang telah dihancurkan.
Simbol Perempuan dalam Suku Asmat
Pada hakikatnya, masyarakat Suku Asmat menempatkan perempuan di posisi yang sangat berharga. Hal tersebut telah tersirat dalam berbagai seni ukiran dan juga pahatan. Semua disimbolkan melalui bentuk flora dan juga fauna yang dinilai penting. Contohnya seperti misalnya pohon, nuri, dan burung kakatua.
Sayangnya, dibalik popularitas seni pahatan dan juga ukiran masyarakat Asmat, tersirat realita pahit. Khususnya mengenai kehidupan kaum perempuan yang terasa sangat berat. Di sana, mereka merupakan sosok sentral yang memikul banyak sekali tanggung jawab dalam rumah tangga.
Sedangkan laki-laki Asmat cenderung menjalani kehidupannya dengan sifat lebih hedonis. Sehari-hari, mereka menikmati makanan yang telah disediakan oleh sang istri. Lalu, menghisap tembakau, mabuk, dan berjudi. Terkadang, para laki-laki juga membuat rumah atau perahu.
Namun, lagi-lagi pekerjaan tersebut akan diselesaikan dengan meminta bantuan perempuan. Ada juga suami yang mau menemani istrinya bekerja mencari makanan. Akan tetapi, mereka hadir benar-benar hanya sekadar untuk menemani saja. Para perempuan ini seringnya harus tetap bekerja keras seorang diri. Misalnya saja untuk mendayung perahu dan menebang kayu.
Ukiran Khas Suku Asmat
Untuk ukiran khas Suku Asmat biasanya memiliki corak dan motif yang cukup beragam. Akan tetapi, Hal yang paling sering digunakan oleh para pemahat adalah tema nenek moyang yang disebut dengan mbis. Hal itu menunjukkan bahwa Suku Asmat ini sangat terikat dan menghormati leluhur mereka.
Bahkan, hal itu diwujudkan dalam kesenian berupa kerajinan tangan. Adapun motif lain yang sering digunakan yaitu perahu yang disebut dengan wuramon.
Suku Asmat percaya bahwa perahu yang ada di dalam ukiran kaya adalah simbol perahu arwah.Di dalamnya akan membawa nenek moyang mereka ke alam kematian. Sekali lagi, tema tersebut tetap masih berhubungan dengan nenek moyang.
Hal itu tidak mengherankan, mengingat kesenian ukiran kayu adalah perwujudan orang-orang Asmat. Khususnya untuk mengenang arwah para leluhur yang mereka cintai dan junjung tinggi.